Sabtu, 17 Desember 2016

Kecakapan Antar Personal By Mila Sari

Biografi.


     Nama ayah saya Sahlan, beliau lahir di tangerang tepat tanggal 28 oktober 1984. beliau anak kelima dari 7 bersaudara, nama ayahnya adalah Masim.

     Sewaktu kecil ayahku seorang pekerja keras, iya bekerja hanya untuk membantu ibunya. ayahku seorang yang tangguh,jantan,dan gigih. Tanpa beliau aku tidak akan bisa menjadi wanita hebat seperti sekarang.

      Ayahku mempunya hobi yaitu mancing, entah kenapa beliau sangat menyukai hobinya itu. beliau pernah berpesan kepadaku , hidup itu cuma sekali jangan pernah menyia-nyiakan kehidupan , bahagia itu sederhana kalo emang orang lain tidak bisa bikin kita bahagia, bahagia itu kita sendiri yang buat. apapun hal yang kita sukai lakukanlah, jika itu masih bernilai positiv.

     pada tahun 1997 ayahku menikah dengan wanita yang sangat cantik, wanita yang selama ini membimbingku, iya dia ibuku. sejak ayah menikah, hidup ayah terasa lengkap karena di hadirkan seorang bidadari yang cantik jelita. Dan sudah 1 tahun menikah, ayah dan ibu mempunyai keturunan . iyah itu aku, aku lahir pada tahun 1998.

       Pada tahun 2001 ayahku membangun rumah, dan beliau membangun rumah di daerah jombang tepatnya di jalur pipa gas. ayah pernah bermimpi untuk mempunya istana kecil untuk keluarga kecilnya, ia seorang yang penyabar , ia selalu berjuang banting tulang hanya untuk keluarganya.

     Dengan itu juga ayah meninggalkan ibunya, dan memutuskan untuk tinggal di rumah sendiri. Ayah juga selalu bekerja keras demi istri dan anaknya, karena ayah tau ekonomi sulit .

       Beliau adalah sosok ayah yang sangat penyabar. Beliau jarang sekali marah.  Beliau marah jika aku sudah melakukan kesalahan yang fatal.

      Pada tahun 2005 ayah bekerja di bogor, dan ayah harus meninggalkan aku dan ibu. beliau memutuskan untuk bekerja selama 1 bulan lamanya, aku sedih di tinggal ayah bekerja, aku dan ibu sudah pasti rindu dengan ayah. 1 bulan bukan waktu yang cepat untuk ayah meninggalkan kita. dan ayah berjanji dengan aku dan ibu , jika ayah pergi nanti jaga diri jangan takut akan ketidakhadiran ayah. Karena ayah berjuan hanya untuk aku dan ibu semata.

      Aku bahagia, aku bangga , dan aku merasa beruntung memiliki sosok seorang ayah yang sabar,penyayang seperti beliau.



Terimakasih,
Mila.

Design Blog By : Ariyansyah"

Rabu, 14 Desember 2016

Biografi Jihan Septiani

Biografi

 "Aku Bangga"

      Lahir di Tangerang akhir bulan Juli tahun 1999. Saat ini dia sudah berusia 17 tahun dan sedang mengalami masa-masa remaja. Nama panggilan akrabnya adalah jihan dengan nama lengkap Jihan Septiani, bersekolah di salah satu sma swasta ternama di tangerang.  Sejak kecil dia sudah menjadi Yatim. Ibu nya meninggal beberapa saat setelah ia lahir dan saat balita ayahnya pun pergi merantau ke luar kota dan ayahnya meninggalkan dia bersama kakaknya di rumah bibinya.  Terlahir menjadi anak ke-4 dari keluarga kecilnya yang sederhana namun tidak tampak indah, dan kondisinya itu tidak membuat ia putus asa dengan keadaan, sejak kecil dia anak yang sangat tegar dan ceria serta bersahabat dengan banyak teman.

        Sebuah harapan kecil dari dirinya selalu terucap saat keinginan dan kerinduan pada sosok ibu selalu ada di benaknya. walaupun hingga remaja belum pernah melihat langsung ibu nya namun dia bangga atas kekuatan ibu nya demi keselematan saat dia lahir kedunia. Prestasi di masa sekolahnya selalu bagus, dia juga aktif di kegiatan-kegiatan kesiswaan dan menjadi idola tersendiri bagi kawan-kawan di sekolahnya. dia mempelajari bahasa asing seperti bahasa arab, dan dengan keseriusannya belajar kini dia sudah sangat fasih. Namun semua prestasinya terhenti ketika sebuah hasil diagnosa dari dokter bahwa terdapat masalah pada kesehatannya, sehingga ia harus berhenti dari kegiatan-kegiatan yang dapat memicu fatal pada kesehatannya.

        Di awal diagnosa dari dokter, Jihan ternyata telah lama memiliki penyakit jantung bawaan sehingga dia harus melakukan pengecekan kesehatan dan berobat rutin. sebelumnya tidak terbayangkan bahwa ia mengidap sakit seperti ini, karena tidak ada indikasi-indikasi bahwa ia mengidap penyakit ini. Tidak ada lagi kata-kata yang dapat aku ucapkan saat aku mengetahui hasil diagnosa ini juga.

        Awal kisah, aku bertemu dengan nya saat acara kumpul keluarga di perayaan Idul Fitri, Dia yang nampak ceria mengambil perhatian diriku untuk berkenalan dengannya. Dengan wajah yang manis dengan sifatnya yang ramah sangat membuat aku penasaran dengannya. Ia (Jihan) adalah anak ke empat dari Ibu yang menjadi saudara (adik perempuan Nenekku) dan dengan demikian, berarti ia adalah saudara setingkat dengan ayah ku. Saat itu aku tidak percaya dan menganggap itu hanya bahan candaan ketika keluarga besar menegur aku untuk memanggilnya dengan bibi, namun umurnya masih sangat lah muda.

       Aku dan dia selalu dekat, dia sering bercerita tentang masa-masa sekolahnya dahulu, Ia masih ingin kembali meneruskan pendidikannya namun tidak di izinkan oleh keluarga dan dokter, dikarenakan kesehatannya yang belum stabil. Ia memiliki sebuah prinsip bahwa kita tidak harus menyerah pada keadaan karena masih ada orang yang mencintai kita menunggu dengan kasih sayang, ~Takdir sudah ada di tangan tuhan sedangkan kita sebagai mahluknya hanyalah tinggal berdoa memohon takdir yang baik dari tuhan. 

      Satu hal yang membuat ia selalu aku banggakan, adalah saat ia tersenyum.. walaupun ia nampak lemah namun dia tidak pernah ingin kelemahannya menjadi sebuah hambatan. Ia tetap tersenyum dan ceria.